Bahaya di Tempat
Kerja: Pengecoran Logam
Tentunya kita sudah sangat familiar dengan benda-benda
berbahan logam di sekitar kita. Mulai dari spare-part otomotif sampai berbagai
alat dan mesin. Benda-benda ini dibentuk (atau lebih tepatnya dicetak) melalui
proses pengecoran logam.
Praktek pengecoran logam (atau dikenal juga dengan istilah
foundry) telah lama mendapat banyak perhatian praktisi di bidang K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja), tidak lain karena banyaknya hazard atau
sumber bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau PAK (Penyakit
Akibat Kerja). Artikel berikut akan mengulas secara singkat bahaya yang
terdapat di lingkungan kerja ini.
Proses pengecoran logam
Sebelum menilai paparan sumber bahaya pada suatu tempat
kerja, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu proses yang terkandung di
dalamnya. Praktek dalam proses pengecoran logam telah banyak berubah dari tahun
ke tahun, namun secara umum tahapan-tahapannya masih sama. Secara sederhana,
tahapan yang dimaksud meliputi alur sebagai berikut:
1.
Moulding (pencetakan), yaitu proses
pembuatan cetakan yang nantinya akan membentuk logam menjadi bagian luar dari
bentuk yang diinginkan.
2.
Coremaking (pembuatan inti), yaitu
proses pembuatan cetakan yang nantinya akan membentuk logam menjadi bagian inti
dari bentuk yang diinginkan.
3.
Melting (pencairan, yaitu proses
pencairan dan penuangan logam ke dalam cetakan (atau mould) yang sudah
disiapkan.
4.
Cleaning (pembersihan), yaitu proses
pembersihan dan pengeluaran logam yang sudah dicetak.
Sumber bahaya
Tingkat bahaya yang dijumpai di lingkungan pengecoran logam
ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya termasuk jumlah karyawan, jenis
logam dan bahan lain yang digunakan, ukuran benda yang akan dicetak, mekanisme
kontrol terhadap sumber bahaya, sistem ventilasi, desain bangunan, dan
lain-lain.
Sumber bahaya terhadap kesehatan di proses pengecoran logam
dapat dikelompokkan menjadi dua:
1.
Bahaya dari penggunaan bahan zat
kimia seperti debu silica, debu dan asap metal, carbon monoksida, dan senyawa
kimia lain yang dilibatkan dalam proses.
2.
Bahaya dari faktor fisika di
lingkungan kerja, seperti kebisingan, getaran, dan iklim panas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Melalui berbagai penelitian, baik epidemiologi atau
eksperimental, telah diketahui beberapa penyakit yang dicurigai berhubungan
dengan proses pengecoran logam.
1. Penyakit saluran pernafasan
Termasuk diantaranya yang paling umum adalah pneumoconiosis,
bronchitis, dan kanker paru. Penyakit-penyakit ini dihubungkan dengan paparan
terhadap debu silica, dan debu metal/non metal lain yang terhirup selama
bekerja. Debu-debu ini apabila terhirup dalam waktu yang lama akan berakumulasi
dalam paru dan merangsang proses inflamasi. Akumulasi debu ini bersifat
fibrogenik – merangsang pembentukan jaringan ikat, dan pada tingkat lanjut bisa
bersifat karsinogenik – merangsang pembentukan sel kanker.
2. Penyakit diluar saluran pernafasan
Termasuk diantaranya intoksikasi Timbal (Pb), karbon
monoksida, dan Beryllium (Berylliosis).
3. Thermal Stress
Stress tubuh akibat suhu tinggi yang dihasilkan proses
pengecoran logam.
4. Gangguan pendengaran
Merupakan akibat dari tingginya tingkat kebisingan terutama
yang berasal dari mesin-mesin. Tanpa kontrol yang baik, tingkat kebisingan
dapat mencapai 85 – 120 dBA; nilai ini diatas NAB (Nilai Ambang Batas) 85 dB
yang diperbolehkan.
5. Gangguan muskuloskeletal
Sebagai akibat dari posisi tubuh yang salah atau tuntutan
aktivitas fisik yang berat selama bekerja.
6. Sindrom akibat getaran
Dikenal dengan istilah Raynaud’s Phenomenon of Occupational
Origin. Penyakit ini timbul akibat penggunaan alat-alat yang bergetar dalam
jangka waktu yang lama.
Kecelakaan Kerja
Selain berpotensi menyebabkan PAK, proses pengecoran logam
juga menempatkan pekerja dalam posisi yang rentan terhadap kecelakaan kerja.
Kecelakaan kerja di tempat pengecoran logam dapat terjadi akibat: 1.) pekerjaan
manual, 2.) penggunaan mesin, 3.) permukaan tempat kerja atau jalan, 4.) benda
asing yang mengenai mata, dan 5.) paparan dengan benda panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar